Tips & Trik Desain Poster Acara
Meracik dan Mengkritik Poster Kegiatan dengan Prinsip-Prinsip Desain Grafis
…
Masih ingat dengan kehebohan poster sambutan mahasiswa baru Universitas Indonesia? Sebuah poster yang ramai disambut cibiran pedas netizen. Ada yang bilang posternya seperti poster sambutan ke surga, ada yang bilang posternya seperti poster sinetron, ada pula yang mengkritik kesalahan penerapan prinsip desain pada poster tersebut secara serius.
Terlepas dari apakah desain tersebut memang sengaja dibuat untuk mencari sensasi atau tidak, paling tidak kita jadi menyadari bahwa unsur keindahan dalam poster memang sedemikian perlu diperhatikan. Poster-poster yang berseliweran dan mampir ke mata umum sebaiknya diracik dengan ciamik. Untuk itu, ada beberapa tips dan kiat yang dapat diikuti.
1. Memilih Font yang Cocok
Memilih font yang cocok memang bisa sangat memusingkan. Apalagi kalau sang desainer poster ingin menggunakan lebih dari satu jenis font. Namun tentu sangat tidak disarankan untuk memakai terlalu banyak font. Cukup 2, atau bahkan 1 pun bisa. Tinggal di atur ketebalan antara satu tulisan dengan tulisan lain, sehingga tidak terkesan monoton alias membosankan.
Untuk poster acara, tentu kemudahan untuk dibaca adalah poin utama. Atau dengan kata lain, jangan gunakan font yang aneh-aneh seperti font yang terlalu pipih, terlalu tebal, terlalu kotak, terlalu lebar, apalagi terlalu melintir. Cukup gunakan font yang dibandingkan dengan Times New Roman dan Calibri, bentuknya tidak jauh berbeda.
Rekomendasi font: Crimson Text, Merriweather, Raleway, & Montserrat
2. Memastikan Kontras Warna
Selain soal pemilihan font, kenyamanan dalam membaca juga ditentukan dengan warna tulisan yang seharusnya saling kontras dengan warna latar. kalau latarnya putih, berarti gunakan warna gelap. Hitam, coklat gelap atau biru navy misalnya. Kalau latarnya merah maroon, bisa gunakan warna kuning pucat.
Sebaliknya, jangan gunakan warna tulisan yang tidak saling kontras dengan warna latar. Perpaduan warna hijau dan merah, misalnya. Dijamin mata serasa dicolok. Maklum, pengalaman. Atau perpaduan putih dan abu-abu, kecuali jika tulisannya digunakan untuk unsur dekoratif yang memang bukan untuk dibaca.
Intinya, sama dengan cara memilih font, yaitu cari perpaduan warna yang cocok. Semua kan memang ada jodohnya. Mudah-mudahan sih begitu, ya.
3. Jaga Jarak Nyaman!
Dalam prinsip desain grafis, jarak nyaman biasa dikenal dengan istilah white space. Artinya, harus ada jarak nyaman atau ruang lega antara dua objek yang berdampingan. Baik antara dua tulisan, atau antara tulisan dengan gambar, atau antara tulisan dengan bingkai latarnya, atau juga antara satu logo dengan logo lainnya, juga dengan bingkai latarnya (jika ada), seluruhnya perlu memiliki jarak nyaman.
Di era modern saat ini, justru poster dengan ruang lega yang besar, akan terasa semakin nyaman dilihat.
4. Menata dan Mengelompokkan Per Atribut
Supaya tidak membingungkan pembaca untuk menemukan informasi yang dibutuhkan, maka atribut-atribut dalam poster perlu dikelompokkan, lalu ditata secara terpisah.
Kelompok pertama biasa diisi judul dan sub judul, atau nama acara berikut temanya. Umumnya, posisi kelompok ini diletakkan di sisi kanan atas atau tengah atas. Ingat! Font yang digunakan harus jelas, terutama jika nama acaranya cukup panjang. Kan tidak mau dong ketika publik melihat poster acara, tetapi malah jadi bingung, “ini acara apa sih?”.
Kelompok kedua, dapat diisi oleh informasi narasumber. Baik foto, nama, serta afiliasi atau keterangan lainnya.
Kelompok ketiga dapat diisi dengan informasi penyelenggaraan acara. Info-info seperti waktu, tempat, dan cara mengikuti acara tersebut bisa dikelompokkan sendiri. Posisinya fleksibel. Kadang diletakkan di bawah, baik sisi kanan ataupun sisi kiri. Kadang-kadang, posisinya juga dapat diletakkan bersama kelompok judul atau nama acara yang berada di atas.
Kelompok keempat, biasanya diisi info akun media sosial dan beragam informasi pendukung lainnya. Umumnya posisinya berada di bawah dengan ukuran yang kecil.
5. Ratakan Tulisan Per Kelompok
Rata atau alignment, istilah populernya, juga tidak kalah penting untuk diperhatikan. Dari ketiga opsi rata yang ada, opsi kiri merupakan pilihan yang disarankan. Sebab, tulisan dengan rata kiri dinilai paling nyaman dilihat. Akan tetapi, dalam kondisi tertentu, penggunaan rata tengah juga dapat digunakan. Untuk judul atau nama acara yang ditulis dengan ukuran yang besar misalnya, atau juga untuk tulisan dalam kelompok narasumber acara. Ketiga poster acara pada poin nomor 4 adalah contoh pengaplikasian rata kiri dan tengah yang oke punya.
6. Buat Hierarki atau Kasta serta Alur Baca
Membuat kasta dalam desain poster acara, artinya memberi penekanan kepada bagian terpenting dalam poster. Semakin tidak penting bagian itu, maka semakin kecil penekanannya. Caranya dapat dilakukan dengan mengatur ukuran maupun ketebalan tulisan.
Bagian judul atau nama acara biasanya dianggap paling penting. Tidak heran, bagian tersebutlah biasanya yang ukuran tulisannya paling besar atau tebal. Selain judul, kadang-kadang justru informasi narasumber atau pembicara yang dibuat paling besar. Biasanya karena memang sang pembicara merupakan unsur yang paling penting sebab reputasinya. Presiden Joko Widodo misalnya, atau CEO startup ternama.
Dengan adanya penekanan itu, mata pembaca dapat dituntun untuk menggali informasi pada poster acara dengan nyaman. Dari info yang paling penting atau menarik, terus secara runut sampai info terakhir.
Sebaliknya, bagian info akun media sosial, logo, atau keterangan, umumnya dianggap tidak terlalu penting. Sebab bagian-bagian tersebut hanyalah informasi tambahan, yang mungkin kalau dihilangkan pun tidak berpengaruh apa-apa.
Setelah menentukan kasta, langkah selanjutnya adalah membuat alur baca. Fungsinya sama dengan pembagian kasta, yaitu menuntun pembaca untuk dapat menggali informasi dengan lebih nyaman. Jika anda melihat sebuah poster acara dan bingung mana yang harus dilihat terlebih dulu, atau anda sampai menghabiskan waktu hanya untuk mencari suatu informasi tertentu, dapat diduga poster tersebut belum cukup kuat pembagian kastanya, atau mungkin disebabkan oleh kerumitan alur bacanya.
7. Pastikan ada “Focal Point”
Focal point merupakan istilah untuk suatu atribut atau bagian dari poster yang paling menarik. Biasanya dapat berupa ilustrasi, foto, atau bahkan tulisan. Focal point umumnya memiliki ukuran yang besar. Ia memang ditujukan supaya orang yang melihat suatu poster acara secara sekilas, menjadi tertarik untuk membaca poster tersebut secara lebih utuh.
8. Buang Atribut yang Tidak Perlu
Terakhir — paling tidak dalam tulisan ini, perlu diketahui bahwa tidak semua informasi terkait suatu acara, penting untuk dimuat dalam poster. Sebab, semakin banyak informasi yang dimasukkan, maka semakin sedikit ruang yang dapat digunakan untuk berkreasi atau difungsikan sebagai jarak nyaman. Bukan tidak mungkin, informasi-informasi yang penting dan dapat ditonjolkan supaya menarik pembaca untuk mengikuti acara, akhirnya harus diperkecil alias dikorbankan.
Pada akhirnya, tentu desain poster acara dikembalikan kepada selera masing-masing. Entah selera desainernya atau selera yang empunya acara. Akan tetapi, rasanya ego selera juga perlu dipertimbangkan dengan kenyamanan mata pembacanya. Ibarat berbisnis, perlu ada kompromi antara idealisme produsen dan kemauan pasar.
Tips dan kiat desain dalam artikel ini tentu tidak asal dibuat. Tulisan ini dibuat dengan merangkum teori-teori yang ada. Jika ingin memelajarinya melalui YouTube, ada banyak kanal yang dapat dijadikan referensi. Dua di antaranya adalah kanal “Rio Purba” (berbahasa Indonesia) dan “Satori Graphics” (berbahasa Inggris).
Dengan belajar desain, meskipun hanya prinsip-prinsip dasarnya saja, tentu bisa membantu siapa pun untuk dapat membuat desain poster acara dengan lebih baik, atau juga bisa digunakan untuk memberi kritik dan saran terhadap sebuah poster acara.
Apa pun aplikasi desainnya, baik canva, corel draw, adobe illustrator, affinity designer, bukanlah masalah. Bahkan microsoft powerpoint pun sebenarnya dapat digunakan untuk mendesain poster yang ciamik. Sebab, apa pun aplikasinya, prinsip dasar desain grafisnya tetap sama saja.